Sabtu, 10 September 2011

Belajar Ikhlas Itu….. adalah...

Setiap permulaan dari sebuah proses belajar selalu tidak mudah. Balita yang belajar berdiri dan berjalan, biasanya diiringi dengan lecetnya lutut. Remaja yang belajar bermain gitar, tak lengkap rasanya bila tak dibarengi mengapalnya jemari. Apalagi sebuah proses belajar yang berkaitan dengan sesuatu yang abstrak, tak tersentuh, dan jauh di dalam ceruk jiwa. Belajar untuk ikhlas.
Setahun berlalu dan nostalgia akan sebuah mimpiku yang dahulu dibangun muncul kembali. Mimpiku yang kemudian tak hanya sekedar angan, namun tertulis sebagai cita. Aku pun punya alasan tersendiri yang pada waktu itu, menurutku pribadi, cukup kuat untuk menjawab sebuah pertanyaan “mengapa” mengenai citaku tersebut. Dan terbentanglah sebuah tangga payah dan peluh demi memetik cita tersebut. Segala usaha kulakukan, setiap hari aku isi penuh tas ransel dengan semua paket soal untuk dikerjakan disela jam pelajaran. Seusai sekolah, tak puas dan tak cukup percaya diri dengan materi yang ada les di luar sekolah hingga petang pun diikuti. Belajar hingga larut malam yang ditemani segelas kopi untuk memecut mata yang mulai menyipit akibat kantuk juga sudah biasa. Tak jarang pula aku tidur lebih dini dan bangun tengah malam, lalu belajar hingga pagi menyapa.
Mungkin terdengar ekstrem, namun ternyata bagi tiap anak kelas 3 sma sepertiku saat itu, usaha tersebut sudah biasa dan tak ada yang spesial sama sekali. Padahal, bila ingin menjadi yang lebih baik daripada mereka, setidaknya ada usaha yang paling tidak sedikit diatas mereka. Going the extra miles, demikian istilahnya. Maka jatuh, larut, dan terhanyut dalam kekhusyukan beribadah memberikan aku sebuah sumber semangat tersendiri untuk tetap bisa optimis bahwa aku akan menang dan siaga untuk ikhlas menghadapi apapun yang akan terjadi di masa depanku.
Teriring pula sebuah doa shalat hajat yang selalu menjadi penyejuk jiwaku yang kering dan ditempa keputusasaan..
“Ya Allah, bila memang citaku ini merupakan yang terbaik bagiku, bagi agamaku, dan bagi kehidupanku, maka mudahkanlah aku dalam urusanku menggapai citaku itu, namun bila bukan merupakan yang terbaik bagiku, bagi agamaku, dan bagi kehidupanku, maka berilah aku yang lebih baik, karena sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang aku tak ketahui”.
Terus dan berlanjut, terus dan berlanjut, terus dan berlanjut.
Dan sesuai doaku, Allah mengetahui yang terbaik bagiku. Sungguh hanya Dialah yang tahu dimana tempat aku seharusnya berada. Tentunya aku harus mengubah segala planning kehidupanku ke masa depan yang sempat kutuliskan. Dan disinilah aku harus belajar ikhlas. Bila kehidupan ini seperti permainan lego atau balok bongkar pasang, maka aku harus membongkar kembali susunan tangga untuk menggapai sebuah bintang, lalu membangunnya kembali untuk berpaling ke bintang yang lainnya.
Tapi, jiwa manusia memang mudah bergoyah dan berbolak balik. Setahun berlalu, dan masih saja sesekali ego menyuruh dan menyeruku untuk melirik bintangku yang lama. Sesekali menatapi keindahan dan cahayanya. Melunturkan keikhlasan dalam penerimaan kenyataan yang susah payah diperjuangkan. Tapi disinilah sisi istimewa dari belajar ikhlas. Belajar untuk mendalami keikhlasan tak ada putusnya dan rampungnya, terus berproses. Mungkin kita bisa saja ikhlas di lisan dan tampak fisiknya saja, tapi keikhlasan di hati harus terus ditata dan dijaga. Belajar ikhlas memang tak semudah memasukkan sebuah bola ke dalam sebuah kotak tanpa tutup. Karena bila kotak tersebut adalah hati dan ikhlas adalah sebuah bola, maka jangan kaget bila bola tersebut keluar dan jatuh kembali disebabkan sifat hati yang mudah oleng dan membolak balik.
Keikhlasan tersebut bisa terjatuh ditengah jalan, tapi selalu ada cara untuk menetapkannya kembali pada posisi yang seharusnya. Pungut ia, dan letakkan ditempat yang semestinya. Memang sulit, dan memang berat. Namun ku yakin bahwa itu hanya disebabkan oleh ketidaktahuanku saja.
Sejauh aku memulai pembangunan dan pendakian tangga baruku ini, aku seharusnya sangat bersyukur mendapatkan banyak sekali kemudahan dan kelancaran. Dan aku merasa sampai saat ini disinilah tempatku yang seharusnya dan sebaiknya. Dan semoga kemudahan dan kelancaran selalu ada untukku hingga aku bisa mencapai bintang yang lebih terang cahayanya. Yang bisa dilakukan sekarang adalah tetap memantapkan langkah dalam menggapai bintang baruku yang menunggu untuk dipetik. Tentunya dengan usaha, payah, peluh dan daya yang paling maksimal yang aku punya. Manusia boleh bermaksimal ria berusaha dan berdoa, tapi Allah jauh lebih dulu mempersiapkan planning terbaik untuk hambaNya dari tempat yang tak dapat disangka.
its a little bit of my life meaning, thanks to inspire.... 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar