Selasa, 29 November 2011

Proyek Pribadi Hari Ini:
MENJADI PRIBADI YANG DOANYA MUDAH DIJAWAB

Di pagi yang damai ini, bisikkanlah …

Tuhanku Yang Maha Penyayang,

Engkaulah pemilik semua harta, pemilik semua kekuasaan, dan pemilik semua kenikmatan. Sehingga sebetulnya, semua yang kubutuhkan ada di dalam kepemilikanMu.

Dan Engkau Maha Pemurah, dan menyantuni kami semua dengan hak untuk hidup dengan baik, bahkan kepada mereka yang belum sepenuhnya mengerti dan menerimaMu. Sehingga pasti Engkau memberi dengan lebih mudah dan tak berbatas kepada jiwa-jiwa yang Kau cintai.

Maka sesungguhnya, yang kubutuhkan adalah KEDEKATAN denganMu, Tuhanku Yang Maha Kaya. Karena yang jauh saja - Kau cintai, apalagi yang dekat, yang patuh, dan yang manja kepadaMu.

Dan ini yang menjadi proyek perbaikan diriku hari ini dan seterusnya, yaitu menjadi jiwa yang lebih dekat kepadaMu, yang lebih patuh kepadaMu, dan yang lebih manja kepadaMu.

Semoga dengannya Engkau memudahkan jawaban bagi doa dan kerinduan-kerinduan hatiku.

Aamiin

Selasa, 15 November 2011

Agar Gaji Bulanan tidak Jebol

Agar Gaji Bulanan tidak Jebol

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perlu cara yang bijak untuk mengelola finansial agar gaji yang Anda peroleh tiap bulan tidak jebol alias habis sebelum waktunya.
Prita Hapsari Ghozie, MCom, CFP, Chief Financial Planner dari ZAP Finance, mengungkapkan beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengelola keuangan:
1. Dibagi per pos
Nah, selama ini, bagaimana Anda mengatur alokasi pos pengeluaran? Tugas pertama Anda adalah mencatat paling tidak tiga bulan ke belakang untuk apa saja penghasilan yang diperoleh setiap bulan itu terpakai. Gunanya, agar Anda bisa mengetahui kemampuan, dan juga mengetahui pos-pos mana yang bocor.
Secara umum, pengeluaran rumah tangga dapat dikategorikan menjadi pos pengeluaran hidup rutin, pos pengeluaran tabungan dan investasi, pos cicilan utang, dan pos pengeluaran gaya hidup. Karyawan baru pada umumnya banyak punya kemauan tetapi sadar kemampuan finansial ada batasnya, maka jalan satu-satunya adalah membuat anggaran atau rencana pengeluaran.
“Jadi, harus ditentukan, berapa uang yang dikeluarkan untuk masing-masing pos,” ucap Prita.
2. Jangan dilanggar
Bagaimana jika pos sehari-hari selalu besar pasak daripada tiang?
Tentu tidak boleh mengambil dari pos lain, tabungan misalnya. Tujuan membuat anggaran itu adalah supaya pengeluaran terarah dan sesuai dengan rencana finansial kita. Kunci anggaran yang sukses adalah realistis dan disiplin. Salah satu caranya adalah membuat rekening-rekening terpisah untuk urusan belanja bulanan, bayar tagihan utilitas, rekening investasi, dan rekening khusus seperti “My shopping account ” atau “Spa for me”.
3. Debit otomatis
Karyawan juga harus punya instruksi debit otomatis ke masing-masing rekening. Namun, bisa juga, setiap tanggal gajian langsung sebarkan dananya menurut anggaran ke rekening-rekening tersebut. Jika tidak terbiasa dengan transaksi elektronik, gunakan metode amplop. Isilah amplop sesuai dengan anggaran bulan itu. Kalau sudah mulai tipis, padahal belum akhir bulan, ya terpaksa harus berhemat.
Karyawan baru yang belum punya tanggungan, harusnya juga bisa menyisihkan minimal 20 persen dari gaji bulanan untuk investasi. Investasi yang disarankan tentu saja yang memberikan potensi keuntungan terbesar seperti reksadana saham atau saham, karena tujuannya untuk jangka panjang.
4. Buat prioritas
Bagaimana bila ternyata pemasukan tidak sebesar rencana pengeluaran? Prita manawarkan langkah membuat prioritas dengan menggunakan metode ZAPFIN. Konsep ini merupakan cara yang sangat mudah untuk membuat prioritas dalam anggaran. Setiap pendapatan yang diterima, sebaiknya digunakan dengan pembagian Zakat, Assurance, Present Consumption, Future Spending dan Investment.

Senin, 14 November 2011

7 kiat Meninggalkan Anak Tanpa Rewel

7 kiat Meninggalkan Anak Tanpa Rewel

Pemahaman sebab-akibat anak masih erat dengan konsep obyek permanen yaitu ketakutan bahwa sesuatu yang tidak terlihat akan hilang seterusnya. Akibatnya, jika anak tidak melihat Anda di dekatnya, ia merasa tidak nyaman sehingga seringkali menyebabkan anak tak ingin berpisah dari Anda. Sekalipun wajar, jika tidak ditangani dengan cepat, kebiasaan ini sangat menganggu. Simak beberapa kiat berikut ini:
  • Yakinkan nyaman. Pasikan anak tidak lapar, tidak kelelahan dan tidak mengalami kejadian buruk beberapa saat sebelum Anda meninggalkannya. Jika anak nyaman, ia cenderung lebih mudah menghadapai perpisahan.
  • Merancang rutinitas. Baisakan anak melakukan hal-hal rutin yang mmebuatnya mengerti rangkaian aktivitas tersebut, Anda akan berpisah darinya.
  • Yakinkan dia Anda akan kembali. Cobalah terus menerus meyakinkan anak sebelum Anda meninggalkannya bahwa Anda akan kembali menemaninya setelah semua urusan Anda selesai.
  • Tetap tenang saat berpisah. Jangan ikut-ikutan panic ketika balita memproteskepergian Anda dengan tangisannya. Menurut para ahli, rata-rata setelah mengalami perpisahan penuh air mata dari orang tua, 15-20 menit kemudian, anak telah melupakan ras atidak nyaman, dan kembali bermain seperti biasa.
  • Jangan lupa berpamitan. Diam-diam pergi meninggalkan anak, tanpa salam perpisahan, justru meningkatkan rasa ketidaknyamanan. Situasi ini membuatnya semakin takut ditinggal. Buat perpisahan sesingkat mungkin, misalnya mencium dan memeluk.
  • Tepati janji. Agar anak mudah diajak mengerti perpisahan, salah satu yang disarankan adalah menepati janji Anda untuk kembali padanya. Upayakan selalu hal tersebut, karena ini cara paling ampuh untuk membangn ras percaya diri anak, dana ras apercayannya pada Anda. Jika tidak dapat menepati janjin, hubungi anak dan katakanya padanya.
  • Lewat permainan. Di wkatu sneggang ajak anak bermain ciluk ba atau petak umpet untuk membiasakan nya bahwa apapun yang tidak terlihat mata akan kembali.
Tentu saja Anda tidak bisa berharap rangkaian kiat ini segara membawa hasil pad akali pertama diterapkan. Bisa jadi, setelah ebebrapa kali berhasil, ada masanya anak kesayangan Anda kembali rewel dan merajuk saat akan ditinggalkan. Cara ini akan membuat anak belajar sejak dini, bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Selain itu, Anda pun harus mempercayai pengasuh, bahwa ia dapat mengatasi situasi ini. 

Jumat, 11 November 2011

Kakak Adik Berantem Terus!

Kakak Adik Berantem Terus!
Bertengkar juga bisa menjadi ajang belajar sosialisasi dan membentuk karakter.

Pertengkaran antar saudara tidak selalu berdampak buruk. Pertengkaran bisa menjadi media bagi anak untuk belajar cara menyelesaikan masalah, mengutarakan pendapat, serta bersosialisasi. Karena itu bunda tak perlu selalu turun tangan saat kedua buah hati Anda mulai bertengkar.

Faktor Pemicu Pertengkaran
  • Beda pendapat. Siapa lebih jago, Naruto atau Avatar? Kakak pilih Naruto dan adik membela Avatar. Perdebatan soal ini bisa berbuntut pertengkaran, teriakan bahkan pukulan.
  • Kondisi emosi anak. Kakak yang sedang kesal lantaran kalah balap sepeda dengan teman, bisa marah karena kata-kata si adik, atau mainannya sedang dipegang si adik.
  • Merasa lelah atau mengantuk. Adik ingin tidur, kakak memaksanya bermain. Hmm, siapa yang tidak marah, dipaksa bermain di saat ingin tidur?
  • Salah paham, saat kakak ingin memberesi mainan yang berantakan. Dikira ingin merampas mainannya, si adik marah besar.
  • Cari perhatian. Merasa diabaikan ayah, adik menarik rambut kakak untuk memancing keributan. Setelah terjadi ribut-ribut, mereka akan dilerai. Perhatian ayah akan beralih kepada biang keladi keributan.
  • Cemburu. Perasaan yang wajar, yang bisa dialami orang dewasa sekalipun. Adik dibelikan mainan baru, kakak tidak. Kakak merasa, adik lebih disayang.
Sikap tepat orangtua. Orang tua dibutuhkan sebagai penengah atau wasit agar anak dapat belajar dari pertengkaran ini dan berhak meminta time out bila diperlukan. Menghadapi pertengkaran anak-anak.
  • Tetap tenang meski menjengkelkan. Jangan terpancing marah ketika anak-anak membuat huru-hara. Jaga pula ekspresi wajah Anda agar tetap cool. Sikap marah Anda akan menghambat kemampuan anak mengungkapkan pendapat dan mengekspresikan perasaannya. Tenang dan amati terus perkembangannya.
  • Hindari intervensi, jangan buru-buru ikut campur. Biarkan anak mencoba menyelesaikan sendiri masalah mereka. Mampu mengatasi masalah adalah salah satu tanda kemandirian anak. Terlalu sering ikut campur akan membuat si kecil sulit mengambil keputusan dan tidak bisa belajar mencari jalan keluar dari konflik yang dihadapinya.
  • Tawarkan pilihan solusi, bila pertengkaran kian memanas. Bantu meredakannya dengan cara menawarkan solusi. Misalnya karena berebut mainan, katakan bahwa mainan itu hanya satu. Kalau terus bertengkar, akibatnya tak ada seorang pun yang bisa memainkannya. Tawarkan apakah mereka ingin main sama-sama atau bergiliran.
  • Jangan pupuk kebiasaan mengadu sebab dapat memupuk perilaku manipulatif untuk membuat Anda memihak pada salah anak. Jangan terpancing membela salah satu anak apabila salah seorang dari mereka mengadukan bahwa saudaranya yang bersalah. Jangan memberi respon yang bisa memupuk kebiasaan mengadu pada anak.
  • Tidak memihak, meski Anda melihat si adik memukul kakaknya. Jangan langsung menuduh adik yang bersalah. Biarkan mereka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kalaupun Anda tahu siapa yang memulai perselisihan, sebaiknya Anda tetap menunjukkan sikap adil dan tidak memihak.
  • Turun tangan bila mereka sudah ’main tangan’. Pertengkaran sebatas adu mulut cukup disikapi dengan diam. Biasanya, bila orangtua tidak menunjukkan reaksi berlebihan, pertengkaran akan berhenti dengan sendirinya. Setelah selesai bertengkar, baru dibahas bersama apa yang menjadi masalahnya. Tapi, segera pisahkan pertengkaran yang sudah berubah menjadi ajang baku pukul, saling jambak rambut, dan kekerasan lainnya.
  • Ajak anak bicara setelah pertengkaran usai. Minta kedua anak duduk bersama Anda dan membicarakan apa yang baru saja terjadi. Biarkan mereka lebih banyak berbicara dan Anda mendengarkan. Fokuskan diskusi pada apa yang menjadi pokok permasalahan, bukan pada siapa yang bersalah.
  • Ajari meminta maaf. Dalam pertengkaran kakak adik, kadang-kadang tidak ada salah satu pihak yang mau menanggung kesalahan. Ajak keduanya untuk sama-sama meminta maaf. Selanjutnya, ajarkan anak untuk tidak gengsi meminta maaf melalui perilaku Anda sehari-hari.
Kakak adik yang sering bertengkar justru akan berhubungan baik saat sudah lebih besar. Karena mereka sudah saling mengenal. Asalkan pertengkaran tidak meningkat menjadi persaingan yang melibatkan emosi yang rumit (sibling rivalry).
Menghindari sibling rivalry!
  • Perhatian harus seimbang, tidak memberikan perhatian berlebihan pada salah satu anak.
  • Gali perasaan anak. Bila anak meributkan siapa yang harus duduk di sebelah kanan bunda ketika nonton televisi, jangan dulu kesal. Mungkin itu hanya usaha untuk merebut perhatian Anda. Memarahi salah satu anak akan   menguatkan perasaan anak bahwa Anda memang tidak menyayanginya.  Pancing dia untuk mengungkapkan perasaan.
  • Jangan berat sebelah, meminta kakak untuk selalu mengalah. Ini bisa membuat si kakak berkembang menjadi pribadi yang tidak percaya diri, dan adik   menjadi anak yang tidak mandiri dan tidak bertanggungjawab.
  • Hindari membandingkan anak agar tidak menimbulkan kecemburuan dan menyuburkan bibit persaingan di antara mereka.

Kamis, 03 November 2011

Meraih Limpahan Pahala di awal Dzulhijjah



dzulhijahAlhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberikan kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa dengan bulan Dzulhijah. Berikut kami akan menjelasakan keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijah dan apa saja amalan yang dianjurkan ketika itu. Semoga bermanfaat.
Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijah
Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun."[1]
Di antaranya lagi yang menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut adalah firman Allah Ta’ala,
وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2). Di sini Allah menggunakan kalimat sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sesuatu yang disebutkan dalam sumpah.[2] Makna ayat ini, ada empat tafsiran dari para ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Ramadhan dan sepuluh hari pertama bulan Muharram.[3] Malam (lail) kadang juga digunakan untuk menyebut hari (yaum), sehingga ayat tersebut bisa dimaknakan sepuluh hari Dzulhijah.[4] Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa tafsiran yang menyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas.[5]
Keutamaan Beramal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun."[6]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika dikatakan bahwa amalan di hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, itu menunjukkan bahwa beramal di waktu itu adalah sangat utama di sisi-Nya.”[7]
Bahkan jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di hari-hari tersebut, maka bisa jadi lebih utama daripada seseorang melakukan amalan yang utama di selain sepuluh hari awal bulan Dzulhijah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau pun menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah.” Lalu beliau memberi pengecualian yaitu jihad dengan mengorbankan jiwa raga. Padahal jihad sudah kita ketahui bahwa ia adalah amalan yang mulia dan utama. Namun amalan yang dilakukan di awal bulan Dzulhijah tidak kalah dibanding jihad, walaupun amalan tersebut adalah amalan mafdhul (yang kurang utama) dibanding jihad.[8]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa amalan mafdhul (yang kurang utama) jika dilakukan di waktu afdhol (utama) untuk beramal, maka itu akan menyaingi amalan afdhol (amalan utama) di waktu-waktu lainnya. Amalan yang dilakukan di waktu afdhol untuk beramal akan memiliki pahala berlebih karena pahalanya yang akan dilipatgandakan.”[9]Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.”[10]
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang disebutkan di atas.[11]
Amalan yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijah
Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya.[12] Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengatakan,
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya[13], ...”[14]
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. [15]
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yang menyebutkan,
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَائِمًا فِى الْعَشْرِ قَطُّ
Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali.[16] Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu –padahal beliau suka melakukannya- karena khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib.[17]
Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan bahwa ada riwayat yang menyebutkan hal yang berbeda dengan riwayat ‘Aisyah di atas. Lantas beliau menyebutkan riwayat Hafshoh yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan puasa pada sembilan hari awal Dzulhijah. Sebagian ulama menjelaskan bahwa jika ada pertentangan antara perkataan ‘Aisyah yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sembilan hari Dzulhijah dan perkataan Hafshoh yang menyatakan bahwa beliau malah tidak pernah meninggalkan puasa sembilan hari Dzulhijah, maka yang dimenangkan adalah perkataan yang menetapkan adanya puasa sembilan hari Dzulhijah.
Namun dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di mayoritas hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya.[18]
Kesimpulan: Boleh berpuasa penuh selama sembilan hari bulan Dzulhijah (dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah) atau berpuasa pada sebagian harinya.
Catatan: Kadang dalam hadits disebutkan berpuasa pada sepuluh hari awal Dzulhijah. Yang dimaksudkan adalah mayoritas dari sepuluh hari awal Dzulhijah, hari Idul Adha tidak termasuk di dalamnya dan tidak diperbolehkan berpuasa pada hari ‘Ied.[19]
Keutamaan Hari Arofah
Di antara keutamaan hari Arofah (9 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits berikut,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[20]
Itulah keutamaan orang yang berhaji. Saudara-saudara kita yang sedang wukuf di Arofah saat ini telah rela meninggalkan sanak keluarga, negeri, telah pula menghabiskan hartanya, dan badan-badan mereka pun dalam keadaan letih. Yang mereka inginkan hanyalah ampunan, ridho, kedekatan dan perjumpaan dengan Rabbnya. Cita-cita mereka yang berada di Arofah inilah yang akan mereka peroleh. Derajat mereka pun akan tergantung dari niat mereka masing-masing.[21]
Keutamaan yang lainnya, hari arofah adalah waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah.[22] Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan.[23]Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a pada hari Arofah adalah do’a yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang utama.
Jangan Tinggalkan Puasa Arofah
Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan puasa Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.[24] Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arofah lebih utama daripada puasa ‘Asyuro. Di antara alasannya, Puasa Asyuro berasal dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi kita Muhammadshallallahu ’alaihi wa sallam.[25] Keutamaan puasa Arofah adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya derajat.[26]
Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.”[27]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arofah di Arofah. Beliau mengatakan,
حَجَجْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ أَبِى بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ. وَأَنَا لاَ أَصُومُهُ وَلاَ آمُرُ بِهِ وَلاَ أَنْهَى عَنْهُ
“Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arofah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”[28]
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arofah di Arofah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arofah. Inilah pendapat mayoritas ulama.[29]
Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijah)
Ada riwayat yang menyebutkan,
صَوْمُ يَوْمَ التَّرْوِيَّةِ كَفَارَةُ سَنَة
Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih.[30] Asy Syaukani mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih dan dalam riwayatnya ada perowi yang pendusta.[31] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah).[32]
Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena hadisnya dha’if (lemah). Namun jika berpuasa karena mengamalkan keumuman hadits shahih yang menjelaskan keutamaan berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, maka itu diperbolehkan. Wallahu a’lam.
Demikian pembahasan kami mengenai amalan di awal Dzulhijah. Ada sedikit pembahasan puasa Arofah yang mesti kami bahas pada posting selanjutnya. Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi-Nya.