Jumat, 29 Oktober 2010

KEDALAMAN NILAI BERSYUKUR

Syukur adalah kesanggupan mengapresiasikan secara positif berbagai kenikmatan dan kelapangan hidup. Syukur juga bisa difahami sebagai kemampuan berterimakasih setiap kali mendapatkan anugerah dalam wujud apapun.
Syukur pada Allah tidak cukup dengan ucapan dan kata-kata tetapi juga harus direalisasikan dalam bentuk amalan nyata, serta diwujudkan dalam pola hidup keseharian. Sebagai contoh orang kaya yang diberi kenikmatan oleh Allah berupa harta, mengapresiasikan rasa syukurnya dengan cara mentasyarufkan hartanya pada hal yang diperintahkan agama. Membantu orang yang membutuhkan santunan, shodaqoh dan juga berzakat.
“Dan barang siapa yang bertakwa akan dijauhkan dari neraka. Dialah yang memberikan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya (atau zakatnya). Padahal dia tidak pernah mendapatkan nikmat yang perlu di balas (dari orang yang di beri). Dia hanya mencari ridho Tuhannya Yang Maha Tinggi dan kelak Allah rela.” (Q.S. Al-Lail:17-12).
Syukur kepada Allah merupakan bagian dari pengakuan terhadap kebaikan dan pemberian yang kita terima dari sisi_Nya, sebagai Tuhan pencipta segala makhluk dan alam semesta. Syukur dan pernyataan terima kasih merupakan suatu kewajiban yang patut dilakukan oleh orang-orang yang bermoral dan berakhlak luhur. Dengan syukur akan menjadikan nikmat pemberian dari sisi_Nya berlipat ganda dan bertambah-tambah hal ini sesuai janji_Nya dalam al_Qur’an ditegaskan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat_Ku, maka sesungguhnya adzab_Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrohim:7).
Syukur kepada Allah yang menjadi kewajiban mutlak bagi umat manusia, selain membawa tambah nikmat dan karunia kepada kita, juga akan menjauhkan kita dari musibah, dan melindungi kita dari siksa_Nya. Dala kaitan ini Allah telah menegaskan “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.An-Nisa’:147).
Allah sama sekali tidak membutuhkan kesyukuran umat manusia, tidak membutuhkan pujian dari sisi mereka, serta Allah tidak rugi manakala nikmat yang telah dicurahkan diingkari. Kebaikan dan kegunaan syukur seseorang adalah untuk dirinya sendiri. Demikian pula keingkarannya, akibat yang ditimbulkannya akan diterima sendiri tatkala nikmat yang diberikan di ambil kembali oleh Allah, pada saat itu manusia baru merasa betapa nikmatnya karunianya. Dalam kaitan ini Allah telah menegaskan: “Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Q.S. An-Naml: 40).
Bersyukur atas nikmat dan karunia_Nya akan membantu mensucikan jiwa seseorang, sarana mendekatkan diri pada Dzat Yang Maha Syukur, sehingga mendorong kita untuk menggunakan nikmat-nikmat itu sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman yang telah dituntunkan Allah dan Rasul_Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar